Kisah Cerita Nabi Ismail Sebagai Qurban Lengkap
Nabi
Ismail sebagai Qurban
![]() |
Kisah Nabi Ismail A.S |
Nabi Ibrahim dari masa
ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat
pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia
sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila mengenangkan keadaan
puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat
kota dan pengaulan umum.
Sewaktu Nabi Ismail
mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus
menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara
turunnya wahyu Allah, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan
oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat
yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan
tahun diharap-harapkan dan didambakan, seorang putera yang telah mencapai usia
di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah, seorang putera yang
diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya,
tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh tangan si ayah
sendiri.
Namun ia sebagai
seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh
dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah, menjalankan
segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada
anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah
yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat
pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat
ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang
bermaksud: "Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan
risalahnya". Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam (niat) tetap akan
menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang
telah diterimanya. Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk
menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai
anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya,
ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu
dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:
"Wahai ayahku!
Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan
menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku
hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku
kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua
agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya
pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan
percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan
rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku
berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan
dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."
Kemudian dipeluknyalah
Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata: "Bahagialah
aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua
yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah
Allah".
Saat penyembelihan yang
mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah
ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil
memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah
memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan
pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang
ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya
dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan
di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu
ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut
merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah perkorbanan
Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana
cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian
yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus
dengan perkorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan
Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya
kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan,
sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong
lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau
tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan
aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku. "Akan tetapi parang
itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau
ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung
dan sedih hati, kerana gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah
kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya: "Wahai Ibrahim! Engkau
telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah kami akan membalas orang-orang
yang berbuat kebajikkan". Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa, Ismail telah
diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang
telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan
parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan
sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap Hari Raya Aidiladha di
seluruh pelosok dunia.
0 comments:
Post a Comment