Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala " Kisah Nabi Ibrahim Bag 3"
Nabi
Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
![]() |
Image |
Kegagalan Nabi Ibrahim
dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya
karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam
jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar
bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan
sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah
maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya
terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun
mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus
memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan
yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman
kepada Allah dan Rasul-Nya Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan
mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka
anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak
berdaya menilak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan
oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mereka
maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan iaitu bahwa mereka
hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mereka dilakukan dan
sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka
warisi.
Nabi Ibrahim pd
akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya
yang berkepala batu dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata
yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa
mereka tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun
oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mereka dan bapa-bapa mereka
keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian
merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang
dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan
patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak
dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi
tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mereka
keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mereka anggap sebagai
keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka,
berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka
ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi.
Mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan
turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga
turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal
di rumah apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang
dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut
serta.
" Inilah dia
kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah
kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara
burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin
kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat
beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan
hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu.
Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap
kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:"
Mengapa kamu tidak
makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan
berkata-katalah kamu." Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan
dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung
yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah
kapak Nabi Ibrahim itu. Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala
pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung,
tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan
terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada
hairan dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan
perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mereka
ini?" Berkata salah seorang diantara mereka:" Ada kemungkinan bahwa
orang yang selalu mengolok-olok dan mengejekpersembahan kami yang bernama
Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang
lain menambah keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat,
karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada
di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik,
akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang
merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai
membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak
dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mereka. Suara marah, jengkel
dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta
bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat
penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.
Dan memang itulah yang
diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di
mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara
demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mereka
yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang
ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka
hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan
ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi
padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu. Ketika Nabi Ibrahim
datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin
dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah
berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mereka.
Ditanyalah Nabi Ibrahim
oleh para hakim:" Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan
tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:"
Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba
tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Para
hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan
berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian
berkata si hakim:"
Engkaukan tahu bahwa patung-patung
itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya
kepadanya?" Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim,maka
sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan
kebathilan persembahan mereka,yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata
hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada
para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung
itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar,
tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong
dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah ****nya kamu dengan
kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal
yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya
difahami oleh syaitan.
Mengapa kamu tidak
menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan
menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina
dinanya kamu dengan persembahan kamu itu." Setelah selesai Nabi Ibrahim
menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim
harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan
tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir
menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika
kamu benar-benar setia kepadanya."
0 comments:
Post a Comment